Kamis, 01 November 2012

MENUAI KACANG


Beberapa kali hand phone saya berdering siang itu, Tenyata ketua Jaroe -Fadhlan Bachtiar- menghubungi saya. Dari komunikasi melalui udara itu berorientasi kepada pertemuan komikus yang terhimpun di Jaroe, ada hal yang sangat urgen untuk dibahas sepertinya. “Pukul empat sore kita udah di Paknek Kupi ya, bawa beberapa perwakilan dari Panyoet” begitu katanya dari seberang. Kontan saya penasaran, ada apa kiranya?

Pukul 16.00 sudah lewat, Saya belum saja beranjak dari tempat kerja. Rapat redaksi mengharuskan saya bertahan di kantor. Beberapa kali SMS dari rekan panyoet saya terima, perihal bahwa mereka sudah sampai di lokasi pertemuan itu. Untuk memastikan kehadiran saya mengirim pesan singkat kepada ketua Jaroe bahwa saya akan hadir agak terlambat, untungnya beberapa Penyoetista sudah di sana. Saya sedikit lega. Usai rapat di kantor saya langsung tancap gas menuju lokasi pertemuan itu, salah satu warung kopi plus Wifi di Peunayong. Syukur, dari parkiran saya langsung dapat mengetahui tempat mereka diskusi. Ramai. Saya mengambil posisi yang memungkinkan mendengar sisa informasi yang mungkin belum mereka diskusikan. Terus terang sebelumnya saya bahkan belum mengetahui wacana apa yang sedang dibicarakan.

Pertemuan Pertama KA-CANG di Paknek Kupi
Seiring diskusi itu berlangsung, saya menangkap beberapa poin yang menjadi inti dari pertemuan yang saya hadiri 30 oktober 2012 petang itu. Yaitu Jaroe dengan talent komikus yang dimilikinya ingin membuat komik, mungkin tepatnya media massa yang bersifat promo komersil dengan sarana komik. Niatnya tidak lain adalah memberikan influence super positif demi pengembangan Jaroe sendiri –baik management maupun pengkaryaan- dan sekaligus membentuk paradigma  baru terhadap dunia kesenirupaan Aceh.


Agaknya pertemuan ini berlangsung cukup alot lantaran ini merupakan gagasan yang baru membuncah, walau diakui bahwa gagasan untuk melahirkan media ini jauh-jauh hari sudah pernah diwacanakan, 2-3 tahun yang lalu, bahkan sebelum Jaroe lahir. Hal yang alot terjadi ketika pembentukan pengurus dan pengurusan media ini, apa, siapa dan bagaimana?

Pertemuan Kedua
Hal yang paling mungkin yang menyebabkan alotnya sesi diskusi ini terletak pada pembentukan pengurus, beberapa gagasan kreatif muncul dari pegiat komik yang sudah makan asam garam di dunianya. Terlalu bagus hingga sulit untuk dipertimbangkan dan saya percaya itu! Terlepas dari itu semua, Gagasan untuk mengkomersialkan karya berupa komik adalah hal yang sangat positif saat ini, Entah esok. Mengingat perkembangan komik di Indonesia saat ini berada pada titik keemasan setelah beberapa dekade sempat mati suri  dan kita –komik indonesia- terus tertimbun dihujani komik-komik import, Sebut saja komik manga dari negeri matahari terbit atau komik Super heronya negeri paman sam itu yang terang-terangan telah mempengaruhi pembaca indonesia, termasuk Aceh.


Tidak mungkin pembaca komik di Aceh tidak mengenal Naruto, Bleach, One piece, detektif conan dan lain-lain tapi apa mereka kenal Gam Cantoi, Dokaha, Utoh banceh atau Cangklak yang justru lebih dekat dengan keseharian mereka? Saya dapat memastikan hanya segelintir yang mengenal tokoh-tokoh komik garapan komikus lokal ini. Ironis memang, namun itu adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Bagaimanapun kita kecewakan hal ini perlu kita sadari sebenarnya bahwa tokoh-tokoh tersebut tidak benar-benar dekat dengan mereka, alasannya jelas, mereka hadir pada terbitan -media massa cetak- dan bukan utuh sebagai komik. Nah bagaimana sekarang atau nanti?


Suasana Diskusi Ka-Cang
Perlu kita sadari bahwa di belahan bumi yang lain, komik adalah sebuah industri yang tentu banyak orang yang terlibat didalamnya bahkan di Eropa Komik merupakan Mother of Art yang dijunjung tinggi kedudukannya. Berbeda dengan paradigma pembaca di Aceh yang mungkin hanya menganggapnya sebagai hiburan atau banyolan belaka. “Paradigma seperti ini yang harus diluruskan!” Statmen ini yang saya dapat di antara sayup-sayup Azan Magrib berkumandang dan mengharuskan untuk jeda -Beribadah.


Usai magrib Saya sadar bahwa komik ini bahkan telah diberi nama : Kacang atau Ka-Cang! Layaknya tanaman, Kacang kemudian harus butuh penanam dan pemupuk agar tanaman kacang itu tumbuh subur dan hidup berkembang. Tidak hanya ditanam lalu dibiarkan hingga mati begitu saja. Lalu siapakah yang akan menjadi petani di perkebunan ini?


Tersebutlah Deqy firnanda yang terkenal dengan komik Maman Botak. Olexs (Firmansyah) terkenal dengan Cangklak dan Bg Olexsnya. Tauris Mustafa terkenal dengan telah melahirkah tokoh Dokaha*. Iswadi basri dengan beberapa buku komik yang telah terbit.  BOB dengan karakter komik yang khas. Nurhadi terkenal dengan Utoh Bancehnya. CPAS yang terus memproduksi komik2 dalam garapannya. Hasbiallah Yusuf terkenal dengan mamat bin baba dan si Mbek nya dan saya Rasnadi Nasry yang belum ada apa-apanya ini.


Merekalah yang akan menjadi artis komik yang akan mengisi Kacang dengan karakter-karakter komik -mungkin tokoh baru- yang akan selalu dekat dengan pembacanya. Di samping banyak terlibat orang-orang lain baik marketing, publisher, dan tim-tim lainnya yang akan membantu pengembangan komik Kacang ini.
Sejauh Saya mendengar diskusi ini, akan hadir bersama Ka-Cang seorang tokoh komik yang bernama Mr. Cang. Kita tak akan pernah mengenal bagaimana rupa Mr. Cang saat ini, apakah imut mungil yang bersemangat atau barangkali terlihat lebih garang, bringas, kumisan yang arogan? Kita tak akan pernah tau itu. Mr. Cang masih misterius seiring Komik Kacang belum hadir.


Walau seperti apapun rupa Mr Cang nantinya, perlu diingat dan digarisbawahi di hati kita masing-masing bahwa tokoh komik, Siapapun dia pasti akan menjadi sesorang yang istimewa bagi penikmatnya. Percayalah!


*Eksklusif - Plane deskripsi Fisik Komik Kacang 

1. Ukuran A5
2. 8 halaman termasuk Cover
3.  akan berisi info komunitas Jaroe
4. Hitam Putih dan akan Terbit 2 Mingguan


Segenap Panyoetista - Turut dalam doa semoga Komik Kacang akan menjadi tolak ukur perkembangan komik Aceh dan akan menjadi Khasanah perkembangan komik indonesia. Maju terus Jaroe! Maju terus Komikus Aceh! Maju terus Komik Indonesia!


Ketum PANYOET

Selasa, 16 Oktober 2012

Selamat Ulang Tahun yang Pertama Panyoet

"Saatnya bakar-bakar!!" Kami sumringah setelah memarkirkan motor di lokasi rihlah, - Ujong batee- Salah satu objek wisata bahari yang tak jauh dari kota Banda Aceh. Semua kebutuhan perlengkapan sudah diturunkan, Piring, tikar, segalon air, buah dan tentu saja hidangan utamanya: potongan-potongan ayam yang siap dipanggang di atas bara api, Namun seketika itu juga rona wajah ceria kami berubah 180 derajat setelah kami menyadari tidak membawa pangangan, bahkan pisau untuk membelah buah semangka, bahkah korek api sekalipun. dan tentu saja ini bukan hal yang bisa disebut menyenangkan. lalu apa yang harus kami lakukkan terhadap ayam-ayam penganguran ini?


Sesuai dengan kesepakatan minggu 14 okt 2012, Panyoet akan mengadakan rihlah sekaligus
Syukuran atas usia Komunitas Komik Aceh yang Genap 1 tahun. Pagi itu saya dan beberapa panyoetista yang lain berkumpul di lapangan tugu USK untuk bersama menuju rumah Marzalilna/Isni Wardaton. Dari sana kami akan membawa semua perlengkapan  dan konsumsi, namun beberapa lainnya menyusul dan langsung menuju lokasi. Sementara Meutia yang tinggal di seputaran Kahju menunggu kami di simpang Cot paya, karena untuk menuju lokasi kami melewati jalur tersebut, Akhirnya Kami berangkat bersama sampai ke lokasi dan peristiwa lucu itu terjadi. pada saat hendak mengeksekusi ayam untuk dipanggang justru perlengkapan pemangangan tidak dibawa. Kami tidak lantas berkecil hati, nasib baik Meutia yang rumahnya paling dekat dengan lokasi bersedia mengambil panggangan dan perlengkapan lainnya ke rumah. Sambil menunggu kedatangan Meutia Kami pun menyalakan Api dari korek api pinjaman penjual di pantai.

"Kok.. batoknya ga kebakar-kebakar ya??"
"batoknya masih basah kali??"
"bukan-bukan... itu gak ada minyaknya ya mana mau kebakar!!"
"Eh... itu batoknya jangan ditumpuk-tumpuk begitu!! ya mana mau menyala apinya kalo ga ada oksigen!!"

Masing-masing tetap pada teori yang berbeda, yang jelas batok-batok yang diharapkan menjadi bahan bakar itu tetap tidak terbakar. kami tak menyerah dan tak kehilangan akal, tumpukan batok kelapa itu akhirnya dilalap api juga dan tepat setelah menjadi bara Meutiapun tiba dengan membawa panggangannya. Tanpa mengulur waktu kamipun membagi tugas, Laki menjaga Ayam agar tidak gosong, perempuan menyiapkan bumbu dan menyerut buah untuk minuman dingin. dan Taraaaaaa..aaaa... Hari itu adalah makan siang yang paling spesial bagi Panyoet. Makan siang perayaan. Makan siang untuk bersyukur atas usia panyoet yang masih muda. Ibarat balita, Panyoet bagai bayi yang baru saja mampu merangkak dan berusaha berdiri.


Rihlah kedua ini, menumbuhkan semangat baru, membangkitkan kembali gairah kebersamaan, yang mungkin beberapa saat lalu sempat lesu dan pantai benar-benar menjadi penyembuh yang mujarab, pasirnya, hembusan anginnya, pemandangannya, debur ombaknya, air lautnya yang bening hingga Kami tak kuasa menahan diri untuk tidak menyeburkan diri. Pasir adalah kanvas bagi kami lalu kami torehkan karya keberagaman dan keceriaan.


Inilah indahnya kebersamaan, Sering terselip kelucuan, tercurah kegembiraan, tersimpan kesenangan bahkan tentu saja terlintas kekecewaan dan kekesalan, namun bukankah itu semua merupakan keindahan dari perbedaan?

Dengan keberagaman itulah kita saling mengisi demi persamaan, Bahkan Allah SWT telah mengabadikan ini dalam kitab sucinya bahwa dengan berbeda itu kita bisa saling mengenal dan saling mengerti.

Minggu ini Akan menjadi Awal yang baik untuk minggu-minggu seterusnya, Bagi Pencerita dan penulis naskah, bagi Illustrator, bagi komikus, bagi kartunis, bagi pelukis, bagi kita Panyotista.
BAGI PANYOET!!


Selamat Ulang Tahun yang Pertama Panyoet :)


HORAAAI...........!!!

Kamis, 19 Juli 2012

Tips Ramadhan Ceria!

Ramadhan nggak boleh identik dengan lemes. Ramadhan kali ini harus penuh dengan warna. Dan, taraaaaaaaaaaaa! Ramadhan asik binti ceria dataaaang…!

Salam Panyoetista, gimana dengan persiapan Ramadhan kamu? Sudah ada rencana mau ngapain? Wah, pasti sebagian dari kamu sudah punya agenda donk. Dan pasti seru bisa bikin Ramadhanmu ceria abis.

Buat kamu yang belum punya agenda apa-apa nih, yuuk nimbrung bareng Club Comic Panyoet Aceh. Karena kami bakal bagikan beberapa tips buat ngisi agendamu yang kosong, dan tentu bikin kamu ceria, nggak lesu apalagi letoy, dan pastinya puasamu jadi nggak terasa sampe ngebuburit. Wah, apakah itu?

1. Ngisi waktumu dengan mengunjungi toko buku, bisa buat nambah koleksi dan wawasan kamu. Bagi kamu yang lagi minim uang saku, bisa tuh kunjungi rumah peminjaman (atau kita kenal rental) novel atau komik. Buat sebagian dari kita tentu novel dan komik bukan barang asing. Ahaaa! Pasti!

Nah, membaca bisa membuat puasamu tetap ceria dan dapat ilmu baru pastinya. Asik!
Saran sih, kamu bisa ngelirik komik salah satu anggota Panyoetista HasbiallahYusuf, komik
yang lucu abis dan dijamin bikin puasamu jadi rame. Wow!
Buruuuuan! Hehe 

2. Selain dengan membaca, boleh donk lemesin tangan, eiits bukan lemesin badan yaaw, tapi lemesin tangan. Aha! Kalimat itu biasa kami gunakan untuk menggambar, istilah lain dari pemanasan. Hiaaaak! Wkwk…
Nah, diantara kalian mungkin ada yang gemar coret-coret, boleh tuh kembangin bakatnya 
dengan berlatih menggambar. Coba-coba garap komik misalnya, nggak usah yang berat-berat dulu, misalnya komik strip (buat contoh bisa nih belajar dari karyanya Panyoetista: komikstrip). Atau dari sebagian kalian ada yang suka nulis. Ah! Itu bisa juga, kayak kami ini nulisin blog buat kamu-kamu. Gimana?
Oke kan?

Kalau kalian lagi miskin ide, adu duu pasti sebel banget kan? Eeiits, jangan sebel-sebel dulu nanti puasamu tidak asik lagi. Hhmn, gimana kalau untuk idenya pakai tema sekitaran puasa. Tentu donk puasa di daerahmu beda-beda dengan daerah kami (Aceh). Misalnya rutinitas warga kampung kamu saat membangunkan warga pakai TOA meunasah, atau ada yang pakai odong-odong keliling kampung sambil putar lagu kasidah, ‘jilbab jilbab putih…’. Ooops! XD

3. Buat kamu yang penasaran dengan perkembangan kemampuan gambarmu sejauh mana dibandingkan teman lainnya. Asik tuh kalau berkunjung ke blog atau situs komik indie seperti www.ngomik.com atau devianart untuk membandingkan kemapuanmu. Tentunya setiap orang miliki sudut pandang yang berbeda, dengan kemampuanmu menilai kekurangan dari teman bisa saja kamu melahirkan karya yang lebih bagus dari mereka. Gimana? Berani? Pasti donk.

Intinya belajar dan tetap semangat. Sssst! Mumpung baca-baca di ngomik.com masih gratis. Wkwkwk.
Dan kamu bisa jadi anggota juga lho. :O

Bosan dengan suasana kamar? Gimana kalau pindahkan kamarmu ke mesjid. Ooow, maksudnya kamu lho yang ke mesjdi. Sekalian manen pahala dan huting gambar di sana. Ahahaha….

Eeh, pernah ketemu bapak-bapak yang gelagapan pas henponnya bunyi ketika sedang shalat?
Gimana ekspresinya? Wkwkwk…
Atau pas lagi shalat ada kejadian terjun payungnya si cicak tepat ke muka seseorang.
Wkwkwk…

Nah! Bisa buat ide gambar kamu kan? Ssth… jangan-jangan kamu sendiri yang sedang asyik perhatikan kesalahan orang, malah pakai mukena sebagai sarung. Gimana tu ya? #bayangin
sambil ngakak. Wkwkwk… XD

3. . Buat nambah pahala, kamu bisa berbagi kasih dengan mereka yang membutuhkan bantuan. Bisa dengan mengunjungi panti jompo. Atau bermain bersama adik-adik di panti asuhan. Atau sekedar duduk mengeja alif ba ta dengan anak pemulung yang putus sekolah. Tentu mereka merindukanmu, dan kami juga (panyoetista). ^_^

Serta kegiatan ibadah lainnya yang bakal membanjirin pahalamu di bulan Ramadhan yang mulia ini. Yang pasti, kudu tetap berbagi kasih walau dengan sebuah senyuman.

Semangaaaaaaaaaaaaaaat!
Gimana dengan tips Ramadhan asik binti ceria? Udah tau mau ngapain kan? Kalau gitu, cemunguuuuuuuuuuuuuuuuuuuud ya teman-teman.  Dan, selamat menunaikan ibadah puasa. ^0^


Senin, 09 Juli 2012

Mengkritik Dengan Gambar


DALAM kata pengantarnya, yang ditulis sendiri oleh Eko S Bimantara, komik ini berawal dari buku komik kecil yang judulnya “Di Atas Lega Bertaruh Nyawa” yang memotret dan mengkritisi permasalahan kereta api di Jakarta. Dari sini muncul nama KRL (Komik Rada Lucu) yang diambil dari homofon KRL (Kereta Api Listrik).

Sesuai dengan judulnya, buku ini adalah sekumpulan komik strip empat panel. Eko S Bimantara, anggota komunitas SERRUM (share room), menciptakan sendiri ide, ilustrasi, bahkan desain sampul komik tersebut.

Pada komik ini tersaji beberapa komik strip yang tersusun rapi dalam beberapa bab, diantaranya: Di Atas Lega Bertaruh Nyawa, Kutonton Kau Tonton, dan Keluarga Hingga Akhir Masa. Selain itu ada juag edisi spesial Kartini dan edisi sepesial yang menceritakan
Komik.

Dengan visualisasi yang khas dan komunikatif,  komik Kompilasi (KRL) Komik Rada Lucu ini berisi teguran, nasihat, ktitikan, dan sindiran tentang realita yang terjadi di Indonesia umumnya dan kota-kota besar khususnya.

Pada bab “Di atas Lega Bertaruh Nyawa”, sangat jelas mengkritisi semua permasalahan yang berhubungan dengan kereta api tapi konsep yang dihadirkan sangat kocak. Dalam bab ini divisualisasikan semua hal-hal negatif yang dialami oleh para penumpang yang nekat menumpang diatas gerbong kereta api, seperti seorang penumpang yang terbelah kepalanya karena tergores kabel listrik, menabrak plang kereta, kesetrum, menabrak batas peron dan hal-hal berbahaya lainnya yang dikemas secara apik namun menggelitik.

Selain itu terdapat beberapa bab lain yang tak kalah kocaknya seperti pada “Kutonton Kau Tonton” yang mengilusrtasikan tentang kebiasaan dan efek negatif yang terbentuk oleh pengaruh televisi. Seperti keranjingan nonton sinetron, pengaruh buruk terhadap anak-anak yang mengkibatkan terjadinya kekerasan pada dunia nyata, dan rasa giris (takut) yang mendalam setelah nonton film horror.

Masalah KDRT yang divisualisasikan pada bab “Keluarga Hingga Akhir Masa” benar-benar menunjukkan pengaruh yang sangat riskan terhadap keluarga, khususnya pada anak. Sementara itu, bab edisi Kartini juga menunjukkan realita miris yang dialami perempuan Indonesia seperti penderitaan yang dialami TKW. Misal, seorang gadis desa yang menjadi WTS (wanita tuna susila) di kota demi kebutuhan hidupnya. Penderitaan mental (psikologis) yang dirasakan oleh gadis yang menjadi korban pelecehan seksual (diperkosa) dan hamil di luar nikah akibat pergaulan bebas serta peristiwa nyata lainnya itu  mudah dipahami dalam bentuk gambar tentunya.

Dari segi gambar, layaknya komik pada umumnya, peran gradasi (arsiran) dapat memberikan daya tarik, sehingga pembaca atau penikmat komik bisa lebih dimanjakan saat membaca.
Namun pada kompilasi KRL (Komik Rada Lucu) ini, gradasi yang dimunculkan hanya pada beberapa panel dan itupun sangat minim. Ada beberapa panel yang tampak kaku dan sukar untuk ditebak gambarnya apabila tanpa menggunakan gradasi sehingga dapat merubah persepsi atau pesan yang ingin disampaikan oleh kartunis. Di samping itu, pembaca komik ini dianjurkan bagi yang berusia di atas 15 tahun, karena banyak  menyajikan adegan kekerasan.

Secara umum komik ini benar-benar segar dengan gambaran dan peristiwa sehari-hari yang mungkin menjadi kebiasaan buruk dan seolah-olah sengaja diabaikan. Selain itu komik ini menjadi sebuah potret sosial yang pantas untuk dibaca dan disimak sebagai pelajaran yang nyata dan tentu menambah khasanah perkomikan di Indonesia. Dikemas dalam ukuran saku, buku ini mudah dibawa ke mana-mana dan dibaca di mana saja.[]


Judul buku : Kompilasi KRL (Komik Rada Lucu)
Kartunis : Eko S Bimantara
Penerbit : Gradien Mediatama
Tahun terbit : 2010
Tebal : 112 halaman
Harga : Rp 16.000

Oleh Rasnadi Nasry

Selasa, 26 Juni 2012

JAROE, HARAPAN atau RINTANGAN?

Foto bersama penggagas lembaga JAROE
Tempo hari, 24 juni 2012 di KRAK society tak dapat dipungkiri bahwa puluhan seniman Rupa Aceh berkumpul karena satu ‘kemungkinan‘ yang pada dasarnya merupakan geliat kegelisahan yang terlalu lama bungkam. Hari itu beragam komunitas Rupa bahkan perupa individual yang terus berkarya visual -karena panggilan jiwa tak mungkin dielakkan- terlihat sangat antusias dalam pertemuan ini, kemudian sadar atau tidak, sengaja atau tidak, pertemuan ini kemudian disebut sebagai titik temu kepedulian terhadap kesenirupaan Aceh.

Betapa tidak waktu yang terlalu singkat ini menjadi tolak ukur kesenirupaan Aceh kedepan. Hal ini terekam dari ungkapan-ungkapan para perupa Aceh yang telah jenuh menjadi perupa yang ‘diompongkan’. Walau terkadang pernyataan keras mereka adalah ungkapan hati dan carut marut kekecewaan, namun itulah namanya kejujuran dalam mengekspresikan kegelisahan. Jujur saja, sebenarnya diam pun yang mereka lakukan sebenarnya jauh lebih banyak bicara daripada berbicara itu sendiri.


Lalu mengapa hari itu mereka meluangkan waktunya? Jawaban dari pertanyaan ini adalah karena didasari pada latar belakang yang tak jauh berbeda. Satu benang merah yang paling jelas yang saya tangkap sehingga jiwa perupa Aceh ini terpanggil adalah karena miskinnya apresiasi terhadap karya mereka (baca: mereka sendiri) meskipun ada persoalan-persoalan lain yang tak juga begitu mudah disepelekan, bisa saja semacam kecemburuan ataupun kekecewaan terhadap Dewan Kesenian yang memberi nilai lebih atas kegamangan yang mereka rasakan.

Secara pribadi, Saya sebagai penikmat seni rupa sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan persoalan-persoalan demikian. Tapi itu dulu! Namun belakangan saya mulai merasa terusik dan bahkan terpukul juga kadang-kadang terlalu sering ada niat untuk menjadi separatis keadilan kesenirupaan –kalau bisa disebut demikian-. Hal ini karena berawal dari bingkai pengalaman saya sendiri.

Perkenankan saya mencurah kisah dalam catatan singkat ini. Awal bulan Mei lalu, kebetulan menjelang Hari Pendidikan Nasional, saya bersama dengan teman-teman club desain grafis kampus KPI Ar-raniry akan merencanakan pameran desain grafis, kemudian menggandeng komunitas Fotografi untuk pameran bersama, dan mereka menanggapi positif. Layaknya sebuah kegiatan, tentu saja memiliki konsep dan tujuan yang mantap. Tapi setiap perjalanannya tidak selalu mudah, kami sama sekali tidak mendapatkan dukungan yang nyata dari akademisi, apapun itu, jangankan dana dorongan semangatpun tidak! Walau demikian, karena api telah melecut, jangan biarkan mereka padam, hingga sampai akhirnya mereka melakukan pameran dengan sederhana (baca: apa adanya) dengan acuan konsep yang terpaksa pula disederhanakan dalam konteks yang berubah  (sebenarnya berniat untuk pameran HARDIKNAS, karena persoalan tidak ada apresiasi maka berubah niat menjadi pemberontakan dengan cara pameran agar mereka tau kalau club ini tidak omong kosong!)

Setiap mekanisme pameran juga telah disiapkan sesuai dengan job description yang ditentukan tiap anggota club yang kemudian kami sebut sebagai tim penggerak. Salah satunya adalah mencoba melibatkan rekan-rekan media turut serta mempublikasikan acara sederhana ini, baik itu media cetak, online, radio bahkan televisi. Dan yang membuat paling sakit hati dan kesal mendalam adalah mereka (para dosen) mengambil bagian dalam upaya dan kerja keras ini sebagai bagian dari kinerja Kampus, mereka mengumbar kebohongan-kebohongan yang mereka ciptakan sendiri dibalik keringat dan jerih payah dan pengorbanan yang telah kami lakukan! Bukankah itu menjijikkan? Terkait pengalaman itulah saya tergerak untuk memperjuangkan ketidakadilan ini.

Kembali pada persoalaan pertemuan di KRAK society. Karena beberapa alasan diatas, Pertemuan ini semakin megarah pada pembentukan lembaga, karena telah muak dianaktirikan oleh Dewan Kesenian, maka lahirlah “JAROE = Jariangan Aneuk Rupa nanggrOE” yang menjadi pilihan tepat sebagai nama lembaga yang menaungi komunitas Perupa di Aceh. JAROE adalah Perserikatan, itu yang saya pahami.

JAROE menjadi penaung terhadap komunitas perupa atau perupa yang bergerak secara individual, baik itu Komikus, Pelukis, Kartunis, Ilustrator, Fotografer, Bomber, Desaine Grafis dan Pematung. Saya dari awal telah berpikir bahwa dengan perbedaan-perbedaan yang sangat kontras ini apakah sebenarnya kita mampu bertahan dalam naungan yang sama yang bernama JAROE ini?

Dari awal pula saya telah mengintip persoalan-persoalan yang sama tiap-tiap perupa begitupun juga saya, yaitu tentang aktualitas diri, bahwa sebenarnya kita hanya butuh diperhatikan karena merasa kita dikucilkan. Kita bagai bocah ingusan yang mencari perhatian ibu dengan menangis lalu bertingkah semaunya atau bagaikan rakyat yang harus menjadi militan perang yang memberontak terhadap pemerintahnya karena keacuhan dan ketidakadilan mereka dan dalam konteks ini kita kenal sebagai Dewan kesenian.

Dari situlah Saya melihat Fadhlan Bahktiar memanfaatkan kegelisahan yang telah menggumpal ini menjadi energi pemersatu, antusiasme yang tak harus dibendung oleh perupa kemudian mengukuhkannya hingga bersusah diri menyebabkan pertemuan ini. Llu kegelisahan ini meledak dengan teratur yang melahirkan JAROE.

Terus terang jauh sebelum itu, saya juga telah mewacanakan hal ini kepada Tauris Mustafa yang saya percaya mampu menampung kemelut yang sama. Menurutnya, perkumpulan seperti itu sangat baik. Bahkan harus! Hanya saja saya mendapat pernyataan yang paling prinsip atau bisa saya sebut nasihat hebat darinya. “Nasry punya keluarga sendiri (PANYOET) sementara Abang juga punya keluarga sendiri (Apotek Wareuna),... ” saya tau jelas makna yang diungkap dari pernyataan Tauris Mustafa. Dengan bebas –melihat konteks- saya dapat memaknai kalimat itu berarti bahwa, bagaimanapun kita telah berada dalam naungan yang sama yaitu JAROE, kita tak akan pernah bisa melebur menjadi satu. Karena kita adalah persatuan bukan kesatuan hingga tak dapat dibedakan.

Lebih dari itu sebenarnya, JAROE tidak memiliki wewenang apapun terhadap komunitas ataupun perupa didalamnya, namun sebaliknya, komunitas atau perupalah yang harus mewenangi JAROE agar terus hidup dan menghidupi perupa yang telah melahirkannya bahkan yang tidak. Dan itu hanya dapat dijawab oleh perjalanan waktu, karena sesungguhnya perbedaan dapat mempersatukan sehingga kita bertahan bahkan sebaliknya malah perbedaan yang memaksakan kita harus hengkang.

Selamat datang ke dunia, JAROE !!!

Rasnadi Nasry
KETUM PANYOET

Minggu, 24 Juni 2012

Hadis dalam Komik, '33 Pesan Nabi'

Hadist Nabi merupakan pedoman kedua umat Islam setelah Al-quran suci, dan tentu saja hadis-hadis tersebut juga dikumpulkan dan dijilid dalam bentuk buku. Berbicara soal buku atau kitab hadis Rasulullah SAW, mungkin kita akan mengarahkan pikiran kita pada kitab-kitab seperti kitab riwayat Nasa’i, Bukhari dan Muslim, Ahmad bin Hambal, dan lain-lain.

Satu sisi mungkin kitab-kitab tersebut Juga barangkali cukup sulit untuk dapat dimengerti jika tidak diteruskan dengan kitab-kitab syarah yang secara khusus menafsirkan isi dari hadist- hadis tersebut seperti Fatuhul Bhaari, Umathul Qari, kitab Nawaawi dan lain-lain. lalu bagaimana sesungguhnya hadis tersebut diterapkan dalam keseharian, atau bagaimana contoh-contoh kongkrit dari hadis tersebut seperti yang Rasulullah maksudkan?




Dunia perkomikan Indonesia kembali dibanggakan dengan hadirnya sebuah buku komik yang merupakan kumpulan komik strips seorang komikus yang menamai dirinya dengan vbi_djenggotten. Tidak seperti komik-komik biasanya yang bertema pahlawan, super hero dan keseharian kehidupan sosial juga tidak tanggung-tangung, buku komik tersebut berisi komik strip dari 33 hadis shahih riwayat Bukhari-Muslim.

Komik ini sebenarnya adalah semacam refleksi dari butir hadis didalamnya. Dikemas dalam sebuah narasi yang berbobot dan sangat mudah dipahami oleh kalangan usia berapapun. Disajikan dalam visual (gambar) sederhana yang sangat kreatif dan tentu dengan karakter khas sang komikus Vbi_djenggotten.

Karena di refleksikan dari hadis, komik ini sudah pasti sangat bijaksana dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam hadis. Contoh saja pada strips diawal buku yang berjudul “PUJIAN” diilustrasikan seorang anak yang dibonceng sepeda oleh ayahnya bertanya “Ayah… Tadi ibu guru bilang kita ga boleh memuji orang berlebihan, padahal kan memuji adalah perbuatan baik” tanya anak dengan polos lalu ayahnyapun menjawab “memuji? Ohh… iya… yang nggak boleh memuji secara berlebihan, kalo memuji secara wajar, itu tidak masalah.”

Sementara di tempat lain (panel lain) di sebuah pameran lukisan seorang gundul dengan semagatnya memuji pelukis lukisan tersebut “ benar-benar luar biasa, sangat luar biasa, ini sebuah master piece, baru kali ini saya melihat karya seni yang mampu mengekpresikan emosi secara detail seperti ini, anda benar- benar pelukis yang luar biasa, out of the box, mungkin dalam 100 tahun baru ada yang seperti anda” begitu pujian si gundul itu, padahal si gundul tidak mengerti apa makna lukisan tersebut, dia hanya berkata demikian hanya untuk tidak dikira udik (bodoh).


Dari pujian itulah ternyata sang pelukis menjadi sombong dan besar kepala, nah inilah yang kemudian menjadi lahan setan untuk bermain dan meyesatkan, diilustrasikan dengan makhluk bertanduk dengan ekspresi senang karena benih-benih kesombongan muncul. Sang pelukispun kian sombong juga tidak menerima kritikkan seorang yang tanpa diketahuinya ternyata seorang pelukis yang telah showcase di Paris. “karya anda luar biasa, tapi…” belum selesai pelukis yang sudah pameran di Paris tersebut bicara langsung di potong oleh pelukis yang sedang pameran. “maaf, dalam karya ini tidak ada tapi, hanya orang yang mengerti seni yang mengerti” jawabnya. tentu saja setan makin tertawa lebar. Padahal maksud pelukis yang pernah showcase itu adalah lukisan luar biasa itu memasang harga terlalu murah.

Komik strip ini merupakan manifestasi sebuah hadis yang berbunyi “Dari Abu Musa RA berkata: Nabi SAW mendengar seorang laki-laki memuji laki-laki lain, beliau bersabda: kamu membinasakannya dan memotong punggung orang itu' (HR.Bukhari)

Selain itu masih banyak strip lain yang tentu saja sarat makna dan tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Baik itu persoalan sosial seperti persoalan strata, budaya seperti kepercayaan kepada hal-hal yang bersifat takhayul bahkan politik sekalipun seperti saat-saat orasi politik.

Komik ini disajikan dalam buku yang memang cukup lebar, namun jangan khawatir walau dengan lebar dan jumlah halaman hingga 126 lembar ini terbilang ringan dan nyaman untuk dibawa.

33 Pesan Nabi. Jaga Mata, Jaga Terlinga, Jaga Mulut. Inilah judul komik yang kita bahas ini. Bisa dikatakan komik ini beraneka rasa. Karena narasi-narasi yang dituturkan oleh komikus pada setiap karakter komik begitu mengaduk-aduk sisi emosional pembacanya. Ada kejutan-kejutan kecil sederhana namun mempesona, ada sisi yang bisa membuat tertawa, kecewa, kagum, bangga, bahagia dan yang tanpa kita sadari bisa membuat air mata berlinang karena terharu.

Walau demikian ada beberapa gambar komik yang mungkin terabaikan oleh komikusnya. Salah seorang karakter yang klimis pada topik ‘pujian’ di panel terakhir tidak tergambar kakinya, juga di lembar berbeda pada topik pengemis ada satu balon teks yang kosong (tanpa percakapan verbal), sementara secara nonverbal pesan dari panel itu sebenarnya telah tersampaikan dalam benak pembaca dengan tanpa dibubuhi balon teks, namun dengan menampilkan balon teks yang kosong tersebut maka agak terganggu secara visual.

Secara keseluruhan komik ini sangat bagus dimiliki siapapun. Gambar memikat dengan penepatan tepat ditambah dengan komposisi tonal warna hitam putih yang memberikan nuansa jelas pada setiap panelnya. Juga kisah-kisah inspiratif penyiram Qalbu dalam setiap narasinya. Sebuah inovasi dakwah yang kreatif dengan media komik yang pasti telah begitu akrab bagi kalangan pembaca di Indonesia. Komik ini benar-benar membuat kita merenungi dan belajar kembali etika dan estetika kehidupan bermasyarakat yang sudah digariskan tuhan serta tentu saja yang disabdakan oleh Rasulullah SAW.


Judul Buku : 33 Pesan Nabi Jaga Mata, Jaga Terlinga, Jaga Mulut.
Pengarang : vbi_djenggoten
Penerbit : Ufuk Publising House
Terbit : Mei 2011
Harga : Rp 27.000
Tebal : II+126 halaman
Resensi oleh Rasnadi Nasry 
KETUM PANYOET